Resensi novel Ruang Rindu karya Fanny Fajriah.
Kerinduan Yang Tanpa Jeda
Judul Novel : Ruang Rindu
Pengarang : Fanny Fajariah
Penerbit : Rumah Oranye
Tebal : 230 Halaman
Cetakan : Ke-1
Tahun Terit : 2014
Warna Sampul : Perpaduan warna biru muda dengan warna putih yang menarik, serta kepenulisan judul novel yang cantik.
Resensator : Eka Tri Martiya
Fanny Fajriah, nama yang diberikan oleh orang tuanya 24 tahun silam, mulai tertarik dengan dunia kepenulisan semenjak duduk di bangku SMA. Wanita cantik ini sangat percaya dengan kekuatan mimpi, dan saampai saat ini masih memegang teguh mimpi menjadi seorang penulis. Tidak hanya itu, Fanny Fajriah pun begitu mengagumi kata-kata yang indah dalam sebuah karangan manapun.
Novel ini adalah novel fiksi yang ditulis oleh Fanny Fajriah padaa 3 tahun silam. Novel ini menceritakan tentang persahabatan yang berujung menjadi perpisahan, yang di sebabkan oleh masalah perasaan dari sepasang sahabat tersebut. Tokoh utama dari cerita ini adalah seorang wanita yang bernama Flo dan seorang Pria yang bernama Arion. Mereka berdua duduk di bangku SMA.
Arion adalah pria yang tampan, pintar, setia, dan dingin. Keteguhan hatinya untuk mengagumi Flo tidak peernah ada jeda sedikitpun dalam benaknya. Pria yang tampan ini mempunyai cara tersendiri untuk terus mengagumi wanitanya. Meskipun pada surat yang ditulisnya untuk Flo tidak pernah ia sisipkan namanya.
Pagi berganti siang, siang berganti malam, dan malam pun berganti hari. Arion yang terus memuja Flo dalam surat yang dituliskanya tidak pernah akan berhenti. Pada hari berikutnya, Flo wanita yan dikaguinya dengan begitu tulus itu tiba-tiba mempunyai rencana yang aneh menurut Arion, yaitu menjodohkan Arion dengan teman cantiknya yang bernama Fira. Namun pada kenyataanya Arion tidak pernah sedikitpun mempunyai rasa kepada Fira.
Pada suatu massa Flo tidak sengaja beradu mulut dengan salah satu pria yang ada di antrian toko byku, dan mungkin dunia sangatlah sempit, sehingga pria yang telah beradu mulut denganya itu sebenarnya adalah teman baik Arion.
Semakin hari Flo dan Raka semakin dekat, sehingga jarak antara Flo dan Arion telah terbentang. Sampai pada akhirnya kabar hangat pun sampai ditelinga Arion, bahwa Flo dan Raka telah menjalin hubungan.
Rumah pohon yang dibuat Arion untuk Flo kini sunyi, tidak ada celotehan, canda dan tawa yang terdengar di dalam ruangan kecil nan indah itu.
Di hari-hari berikutnya Fira yang dulu sempat di tolak mentah-mentah oleh Arion kini menjadi semakin dekat denganya. Meskipun begitu kedekatan Arion dengan Fira tidak sedikitpun diketahui oleh Flo.
Liburan sekolah yang hampir dua minggu memperburuk hubungan Flo dan Arion. Mereka tidak bertemu sam sekali. Arion semakin menyibukkan diri dengan Fira dan Flo sibuk dibayang-bayangi Raka.
Setelah beberapa hari, Flo tidak sengaja melihat sosok Fira yang tengah berada dalam pelukan Arion. Pada saat itu Flo mengerti bahwa Arion telah dekat dengan Fira setelah waktunya ia habiskan dengan Raka. Dan benar, bahwa mereka berdua telah menjalin hubungan.
Sebelumnya Flo dan Arion pernah memiliki impian yang sama, pernah melewati hari-hari yang sama, dan semua itu masih jelas terbayang di pikiran Arion. Setiap malam, setiap waktu, Arion masih merasakan betapa lembut sentuhan jemarinya, betapa teduh tatapan matanya. Merka pernah berjanji di rumah pohon itu, kelak akan datang saatnya mereka memiliki rumah sederhana yang akan menjadi akhir tujuan mereka. Sejak saat itu, Arion hanya tahu bahwa Arion akan ditakdirkan untuk mencintai Flo. Arion tidak berdaya saat impian itu terhempat oleh ego mereka yang terlalu keras, Arion tidak tahu apa ia akan siap menghadapi hari-harinya tanpa Flo. Dunia Arion runtuh, seperti kaca yang remuk selepas Flo pergi.
Dan akhirnya, Flo yang memaksa Arion utnuk berpaling dan berhenti mengaguminya. Bukan ini yang Arion mau, tapi Flo yang memaksanya. Meski Arion tidak pernah tahu butuh waktu beberapa lama untuk belajar tidak mengagumi Flo.
Selain cerita-cerita di atas pengarang sangat memperhatikan gaya bahasa yang baik. Dalam novel ini semua kata menggunakan bahasa yang mudah dimengerti, kefektivan kalimat dan ejaan , serta bahasa yang digunakan para remaja pada umumnya. Namun sangat disayangkan, cetakan pertama novel dari Fanny Fajriah ini tidak begitu sempurna pada hal material, termasuk kertas uang digunakan dan kejelasan pencetakan pada halaman pertama, karena antara warna huruf dan kertas sangatlah sinkron.
Buku ini banyak menguapas tentang persahabatan, arti persahabatan, cinta dan kerinduan. Untuk itu, buku yang telah ditulis oleh Fanny Fajria ini sangatlah cocok bila dibaca oleh para remaja, khususnya kalian yang masih duduk di bangku SMA yang telah bercukup umur. Saya yakin kerinduan itu akan cepat meresap bila anda membaca buku ini.

Saya mau beli novelnya dimana ya
BalasHapusTerlalu panjang kak :( tapi gpp
BalasHapus